Senin, 04 Februari 2013

Sifat itu,,,”tidak ada”

“Apa yang orang lain perlihatkan kepada anda,  bukanlah sifatnya—mereka hanya bersikap…diam, ramah, baik…”
Rizki Ananda
***
Sifat itu, sesuai judul di atas, saya katakan adalah sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Latar belakang saya menyatakan “sifat itu tidak ada” adalah sesuatu yang sederhana. Mari kita coba pelajari lebih lanjut, mengapa bisa begitu ?
Menurut istilah, sifat itu diartikan sebagai sebuah perilaku lahiriah yang dibawa seseorang sejak lahir atau secara tidak langsung hadir bersama dirinya ketika dia mulai lahir di bumi dan berbaur dengan lingkungannya.
Lebih dari itu, sifat juga diartikan sebagai perilaku bawaan dari orangtua si pemilik sifat—jika orangtuanya adalah orang yang emosional kita seringkali bilang, anaknya pasti sifatnya emosional juga. Namun apakah sifat itu benar-benar menjadi sebuah perilaku bawaan yang tidak berubah-ubah ?
Nah, coba kita lihat orang yang pernah kita nyatakan bersifat pendiam. Sadarkah kita bahwa kita malah seringkali terkejut dibuatnya ketika dia berubah dan menjadi begitu cerewetnya ketika dia terlihat berbicara dengan oranglain dan bukan kita, dengan topik yang jarang kita bahas dengannya. Sehingga kita terkejut dan tersadar setelah itu.
Dari beberapa pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa sifat itu tidak ada dalam setiap masing-masing diri kita—yang ada hanya hasil dari keputusan yang dilakukan/ditindaklanjuti yang saya sebut dengan istilah “sikap”.
Berikut ini akan saya jabarkan beberapa hal umum yang mempengaruhi sikap kita selaku manusia :
1. Lawan interaksi
Sadar atau tidak kita seringkali mendapat kritik yang berbeda dari berbagai orang. Ada yang berkata kita ini kurang tegas, ada yang berkata kita pendiam, ada yang malah berkata kita ini adalah orang yang humble—di satu sisi yang sama,jadi berbagai macam sikap ada pada diri kita. Penyebabnya adalah karena kita bersikap berbeda terhadap masing-masing orang dalam berinteraksi. Misalnya kepada teman dekat wanita, kita malah sering dianggap pemalu karena seringkali sungkan untuk dibantu. Namun kita malah dianggap orang yang oportunis ketika berhadapan dengan teman lelaki sebaya kita. Jadi sebenarnya bagamana sikap kita ?
Ya, itulah akibat dari lawan interaksi, membuat kita bersikap berbeda kepada orang yang berbeda walaupun kita sudah sama-sama mengenalnya.

2. Waktu/situasi interaksi
Jika kita paham, beberapa tipe orang pada waktu tertentu bisa saja berubah-ubah sifatnya. Misal, ada seorang pelajar bernama Buma. Buma suka sekali belajar pada pukul 19.00 setiap hari sampai jam 22.00. Buma adalah orang yang humble disekolahnya. Hanya saja, Buma selalu bersikap serius dan datar ketika dia diajak bicara ketika dia belajar. Sehingga, suatu ketika ada teman di dekat rumahnya yang dia diamkan saja ketika si anak tetangga berkunjung kerumahnya pada waktu Buma belajar. Dan dalam hati si anakpun bilang, “Kata anak-anak si Buma itu Humble, tapi kok ngebosenin banget perilakunya”

3. Tempat interaksi
Tempat berinteraksi juga sangat mempengaruhi seseorang untuk bersikap. Jika anda menemui seseorang yang berada disuatu acara pesta. Anda akan dapat memperhatikan banyak orang yang bersikap penuh suka cita dan bersikap bersemangat.
Atau orang yang pemalu jika berada di depan meja makan. Seperti dalam acara makan malam misalnnya. Seseorang yang biasanya makan dengan lahap bisa saja bersikap lebih santai jika dia makan disebuah restoran bintang lima. Itulah yang disebut sikap. Karena dia memutuskannya sesuai tempat dia berinteraksi.

4. Topik interaksi
Pernahkan anda melihat orang yang anda sebut “bersifat  ramah“ menjadi pendiam ketika anda menyebutkan rahasianya di depan umum. Itu karena topic pembicaraan anda yang telah mengubah sikapnya. Lebih dari itu, misal, ketika anda berbicara mengenai pembicaraan yang membuatnya tertarik orang yang biasanya bersikap diam bisa saja menjadi orang yang banyak bicara ketika anda membuka topic pembicaraan yang ada hubungannya dengan yang dia—lawan bicara anda sukai atau yang dia geluti dan pahami.

5. Alasan bersikap
Beberapa orang yang saya temui adalah orang yang memiliki prinsip yang kuat, prinsip yang lahir karena ada alasan dibaliknya. Satu teman saya misalnya, sebut saja Tite. Dia adalah orang yang lihai sekali bersilat lidah dan suka sekali membuli/mencemooh orang/membuat lelucon di tempat kami biasa bersantai di kampus.Suatu sore yang mendung, jantung kami tersondak oleh sebuah berita meninggalnya kakek Tite.
Beberapa hari berikutnya setelah mendapat kabar kakek Tite meninggal, kami merasa asing dengan sikap seorang teman kami yang berubah drastis, teman yang biasanya ceria dan sering menjaili orang dengan cemooh-cemoohnya yang menggelitik, teman yang biasanya ceria, teman yang tidak lain dan tidak bukan bernama Tite. Semenjak kakenya meninggall Tite berubah drastis. Dan ketika kami bertanya, alasan kenapa dia sekarang malah sering bersikap serius dan penuh diam adalah karena “kakeknya berpesan kepadanya agar dia bersikap serius dalam memaknai hidup dan bersikap dalam pergaulan. Kakeknya  berharap tidak ingin Tite seperti Ia yang jahil dan suka usil sehingga membuat masa depan kakeknya tersebut tidak semapan yang dia pernah impi-impikan ketika dia Muda. Kakenya tidak ingin melihat dide dijauhi teman karena sikap yang suka mencemooh oranglain yang malah membuatnya bernasib buruk di masa depan nanti. Menurut kakeknya masa depan kita bisa saja berada ditangan teman kita hari ini.
So, jika kita masih memiliki mainset bahwa “setiap orang itu kan memiliki sifat dasar” Anda salah, menurut saya  jika masih mempertahankan mainset tersebut,. Pengamatan saya sejauh ini menilai bahwa “sifat dasar/watak yang sering kita sebut-sebut ada itu adalah akibat pemutusan akan tindakan yang ditindak lajuti dan berlangsung terus menerus, dengan kata lain orang tang kita anggap bersifat emosional misalnya, memutuskan untuk bersikap penuh emosi disetiap hal dalam hidupnya”. Pada akhirnya, mulailah melihat keputusan orang-orang mulai sekarang, karenanyalah—keputusan tersebut mereka bersikap….bukan bersifat….diam, pemalas dan sebagainya.S

2 komentar:

  1. Begitu ya kak... hmm, kalau sifat itu tidak ada lalu bagaimana dengan kepribadian?

    BalasHapus
  2. Kalo kepribadian, itu sebenarnya sama dengan sifat. Intinya sama. Kepribadian yang dianggap orang kebanyakan itu adalah sebuah sikap yang diputuskannya dalam waktu yang panjang. semenjak dia dewasa dan bisa mengendalian diri

    BalasHapus

Mohon kritik dan sarannya, karena kritik adalah bentuk kasih sayang yang sangat membangun.... !

Terimakasih..
Salam pemburu