Jumat, 29 Maret 2013

Ikhlaslah Digurui Siapapun




Semua kebenaran itu datang dari Allah SWT, jadi siapapun yang menyampaikan kebenaran yang membaikkan,  terimalah !!! 
Rizki Ananda

Banyak orang-orang hebat, cerdas dan sukses selektif sekali dalam memilih seorang guru ataupun penasehat bagi pribadinya. Hal ini menyebabkan golongan orang-orang seperti ini cenderung menutup diri dari komunitas-komunitas pembelajaran tertentu. Mereka beranggapan bahwa, jika mereka mendengar nasehat dari seseorang yang berpendidikan lebih rendah dari dia, itu sama saja meremehkan dirinya dan hal tersebut seperti sebuah pelecehan baginya, sehingga membuat mereka merasa malu dan rendah.


Lebih lanjut, orang-orang yang sukses dan tidak menginginkan pembelajaran seperti diatas. Rata-rata adalah orang yang tidak bijak. Jika mereka menjadi pemimpin mereka akan menjadi seorang yang mengutamakan keputusannya, kehendaknya dan cara-caranya. Jika dia menjadi seorang karyawan biasa, dia akan menjadi karyawan yang sulit mendapatkan promosi kerja, karena tidak akan ada yang menyukai kesombongannya untuk dia dianggap pantas menjabat jabatan yang lebih tinggi. Kemudian seandainya dia seorang pelajar, dia akan menjadi orang yang memiliki wawasan sempit, karena dia merasa guru/dosennya sudahlah cukup menjadi penasehat/guru bagi hidupnya, sedangkan orang yang yang tidak sederajat dengannya/lebih rendah derajatnya dari dirinya mereka anggap sebagai golongan orang yang tidak perlu didengarkan jika dia bicara. Jika mereka dinasehati oleh orang-orang yang mereka anggap rendah derajatnya tadi mereka akan bilang dalam hatinya “tahu diri dulu donk ngasih nasehat orang/ngajarin orang, emang kamu siapa ?, berpendidikan tidak, sekolah tidak, berani-beraninya menasehati orang macam saya”. Begitulah kira-kira hal yang akan terlintas dibenak orang yang tidan membuka dirinya bagi keuniversalan nasehat yang mengguruinya—seorang yang kecil menasehati seorang yang besar. Mari imajinasikan kisah berikut..

Disebuah desa terpencil bernama desa “imajinasi”, hiduplah seorang anak muda bernama Kiris. Kiris adalah seorang siswa kelas 2 SMP yang cerdas. Hanya saja dia adalah anak seorang petani bayaran dikampung imajinasi, sehingga membuat penampilan dia selalu lusuh tatkala beraktivitas sehari-harinya, karena dia tidak memiliki baju. Kiris adalah anak yang suka sekali membaca buku yang berkaitan erat dengan tumbuh-tumbuhan, terutama tetumbuhan obat/beracun—dia menjadi sangat fasih sekali jika diajak berbicara tentang hal tersebut.

Suatu ketika saat hari liburan tiba, banyak sekali para perantau-perantau dari desa imajinasi berdatangan. Rata-rata mereka yang pulang adalah orang-orang yang sukses dan kaya dirantaunya, yang berasal dari Jakarta. Salah satunya sebut saja, pak Rendi, pak Rendi ini adalah seorang Manager SDM bank internasional yang memiliki cabang di Jakarta. Pak Rendi pulang liburan ke kampung imajinasi bersama keluarganya dan seorang yang agak asing saat banyak warga meliriknya yang diperkenalkannya sebagai bosnya, yang tak lain dan tak bukan seorang Direktur Utama Bank asing yang bercabang dijakarta tersebut. Bapak itu bernama pak Jamson. Pak jamson ini adalah orang yang penampilannya berkelas dan datang dengan mobil pribadinya sendiri yang mobilnya itu jauh lebih mewah dari mobil pak Rendi yang selaku managernya. Pak jamson datang ke kampung untuk menghibur diri melihat kampung imajinasi.
Suatu pagi Pak Jamson pergi berjalan-jalan mengililingi ladang perbukitan yang diikuti juga dengan banyak pembantunnya. Ketika dalam perjalanan, pak Jamson bertemu dengan sosok anak dekil yang pulang dari sawah membawa cangkul yang tak lain tak bukan bernama Kiris. Kiris malu-malu menyapa pak Jamson yang tengah beristirahat. Karena melihat arah tujuan Pak Jamson, Kiris pun memberi penjelasan tentang kondisi daerah tujuan Pak Jamson, kondisi jalan disana, kondis perairan disana, dan kemudian berbicara lebih banyak tentang tanaman-tanaman apa yang ada disana. Mulai dari ranaman yang bisa dibuat sayuran sampai tanaman yang sangat beracun. Kiris bercerita dengan sangat antusias di bawah pohon tempat Kiris berpapasan dengan Pak Rendi dan kawan kawannya yang sedang beristirahat. Namun, saat Kiris bercerita panjang lebar kepada Pak Jamson dan kawan-kawannya, Pak Jamson dkk. pura-pura tidak mendengar, karena mereka merasa jengkel diajari hal-hal yang mereka sebenarnya sudah cukup ketahui dari Pak Rendi diaman kemudian diulang oleh anak kecil tadi. Hanya saja Pak jamson tidak tahu sebetulnya penjelasan Pak Rendi tentang tanaman-tanaman disana tidak serinci penjelasan Kiris yang lebih detail. Sehingga ketika Kiris belum selesai menjelaskan terkait tumbuhan beracun disana, Pak Jamson dkk. malah angkat kaki dan pergi dari tempat peristirahatan mereka tersebut, tanpa mengucapkan terimakasih dan mendapat penjelasan yang lengkap dari Kiris yang termangu-mangu heran melihat sikap Pak Jamson.

Beberapa selang waktu dari perjumpaan dengan Kiris, Pak Jamson dkk. Beradalah disuatu tempat yang memiliki pepohonan rimbun yang memiliki berbagai macam jenis sayuran, buah-buahan kecil dan berbagai jenis bunga yang bunganya memiliki warna unik. Cukup lama, Pak jamson dkk, mengililingi dan melihat-lihat pemandangan ditempat itu. Kemudian beristirahatlah mereka didekat pepohonan kecil berjumlah banyak setinggi pinggang menyerupai bunga. Tanpa sadar, Pak Jamson tersontak penasaran melihat tetesan air yang bewarna kuning menyerupai madu keluar dari bunga-bunga pohon disampingnya itu. Karena tercium bau harum dari air itu, dengan amat penasaran Pak Jamson meminumnya. Rasanya tidak sepekat madu dilidahnya, tapi agak manis bercampur pahit. Beberapa hisapan diminum Pak Jamson. Kemudian diikuti pembantu-pembantunya. Beberapa lama kemudian, semua yang meminum air itupun langsung pusing, mual, matanya kabur dan terlelap sampai tak sadarkan diri. Merekapun koma, karena madu bunga yang diminumnya itu, adalah racun, yang akan bekerja seperti racunnya uular kobra jika mengalir kedalam darah. Pak Jamson dkk, akhirnya meninggat ditempat karena sudah tidak tertolong dan tidak ada yang bisa menolong kala itu.

Seandainya Pak Jamson dan kawan-kawan lebih ikhlas membuka dirinnya untuk dinasehati, kematian tidak akan datang secepat itu dalam hidup Pak Jamson.
Sadarilah, ikhlaslah, menerima apapun nasehatnya, pelajaran yang diberikan siapun pembicaranya, apakah itu dari orang yang diremehkan banyak orang/lemah, dari orang yang miskin dan tak berpendidikan, atau itu hanya dari anak kecil sekalipun, terimalah !! Karena kebaikan/kebenaran bukan datang dari mereka, kebenaran/kebaikan itu datang dari yang Maha Ada Allah SWT sang pencipta.
Life is The Hunt, we are The Hunters

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon kritik dan sarannya, karena kritik adalah bentuk kasih sayang yang sangat membangun.... !

Terimakasih..
Salam pemburu